Ketua ASWHAJA Muarojambi : Wartawan Itu Bukan Premanisme, Tetapi Profesi Intelektual




Followjambi.com (Muarojambi) - Terkait adanya dugaan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh staf honorer di DPRD Kabupaten Muarojambi kepada salah seorang oknum wartawan media online beberapa hari yang lalu.


Mendapat tanggapan dari  Endi ketua Aliansi Wartawan Harian Aktif Muarojambi (ASWHAJA) Kabupaten Muarojambi.


Menurut Endi, tentu dirinya turut prihatin atas kejadian tersebut, dan berharap tidak adalagi kejadian serupa menimpa wartawan lainnya. Akan tetapi dirinya juga sangat menyayangkan. Pasalnya akibat permasalahan itu, sampai terjadi aksi pelaporan kepihak kepolisian oleh oknum wartawan yang merasa diperlakukan tidak baik oleh staf honorer di DPRD Kabupaten Muarojambi.


"Padahal, seharusnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan baik dan tidak harus sampai ada aksi pelaporan kepolisian," tuturnya


Sementara, Berdasarkan informasi yang dirinya terima dari  Kasubag Humas dan Protokoler  DPRD Kabupaten Muarojambi, kejadian berawal dari oknum wartawan ini mendatangi bagian humas dan protokoler DPRD Kabupaten Muarojambi, untuk mempertayakan apa alasan pihak DPRD Muarojambi melakukan penolakan kerja sama terhadap media online teman nya. 


"Sedangkan, untuk media online oknum wartawan itu sendiri sudah diakomodir dan telah diterima, sementara yang ditolak itu media online baru milik temannya, tetapi dirinya paksakan untuk bisa diterima," ujarnya.


Akan tetapi dikarenakan suasana kantor sangat sibuk karena tengah mengurus proses berkas - berkas tagihan media yang lain, jadi hanya ditanggapi oleh pegawai honorer menyampaikan maaf bang kami masih sibuk belum bisa melayani, akan tetapi oknum wartawan tersebut masih ngotot untuk mempertayakan kenapa kerjasama media milik teman itu ditolak, sampai dengan nada sdikit tinggi sampai meminta pihak humas dan prokoler DPRD Muarojambi memberikan dirinya daftar seluruh media mana saja yang diterima kerja sama oleh DPRD Muarojambi.


Akibatnya, terjadi cekcok mulut, dikarenakan dalam kondisi tengah berpuasa jadi sangat cepat menyulut emosi sehingga nyaris saling pukul, tetapi beruntung tidak terjadi apa-apa karena cepat segera dilerai oleh para wartawan - wartawan lain yang tengah berada di tempat kejadian juga.


Endi melanjutkan, Wartawan, meski sering tampak miskin dan tak rapi tapi mereka adalah pekerja intlektual. Bekerja dengan kecerdasan pikiran, ketajaman logika, dengan refrensi dan suara hati nurani. Apabila hatinya terusik, pikirannya akan bekerja dan logikanya akan jalan. Dia tidak akan respek meski itu terhadap pejabat, guru besar dan siapapun yang angkuh, suka petenteng dan sok kuasa yang tak tahu menerima wartawan sebagai rekan bicara setara.


Dari itu dirinya berharap, Kepada rekan-rekan wartawan supaya tetap memelihara etika pergaulan dan etika pers. Andalan wartawan adalah komunikasi. Jika ada sumber-sumber berita yang tak komunikatif  lebih baik dijauhi, dari pada kelak terbawa arus emosi dan merusak profesi. Seorang sumber biasa yang komunikatif jauh lebih baik dari seribu sumber yang angkuh dan mendikte.(Cik Ton)